ABUDDIN NATA, PEMIKIRAN DAN KIPRAHNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


  1. Sekilas tentang Riwayat Hidup Abuddin Nata.

Prof. Dr. H. Abuddin Nata adalah Guru Besar Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, serta Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beliau lahir di Bogor pada 2 Agustus 1954. Pendidikannya dimulai dengan Madrasah Ibtidaiyah Jati Pinggir Tanah Abang Jakarta Pusat hingga kelas 3 (tahun 1963), dilanjutkan dengan Madrasah Wajib Belajar (MWB) sambil nyantri di Pesantren Nurul Ummah Nagrog Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Dan tamat pada tahun 1968. Selanjutnya menempuh Pendidikan Guru Agama (PGA, 4 tahun) sambil nyantri juga dan lulus tahun 1972. Kemudian beliau melanjutkan di Pendidikan Guru Agama (PGA), 6 tahun) sambil nyantri di Pesantren Jauharotun Naqiyah, Cibeber, Cilegon, Serang, Banten. Beliau tamat Sarjana Muda Jurusan Pendidikan Agama Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1979 dan Sarjana Lengkap di jurusan yang sama pada tahun1981.

Pada tahun 1994 beliau meraih gelar Magister dan gelar Doktor dari lembaga yang sama. Tahun 2000 beliau menyelesaikan Post Doctorat Program di Islamic Studies McGill University, Montreal, Canada.

Berbagai jabatan akademik, maupun sistemik telah beliau alami. Beliau bukan hanya menuangkan pengetahuan, keilmuan dan pemikirannya melalui berbagai buku yang ditulisnya. Beliau juga seorang kolumnis pada sejumlah media cetak lembaga maupun publik. Beliau juga kerap menghasilkan karya ilmiah, esai, artikel dan sejumlah ensiklopedi Islam Indonesia.

  1. Pemikiran Abuddin Nata tentang Pendidikan Islam dan ke-Indonesiaan

Pada garis besarnya, pemikiran Abuddin Nata tentang Pendidikan Islam dan relevansinya dengan konteks ke –Indonesiaan, dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:

  1. Paradigma Baru Pendidikan Indonesia

Mengutip M. Natsir (Van Hoeve : 1965), Abuddin menyepakati bahwa paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini tidak hanya bertumpu pada kekayaan sumber daya alam semata, melainkan juga bertumpu pada kekuatan sumber daya manusianya. Akibat paradigma tersebut, maka suatu bangsa harus memperkuat sektor pendidikan. Pendidikan harus diberdayakan dengan pola masyarakat belajar (learning society) guna menyiapkan sumberdaya manusia di masa depan. Di sinilah peran guru sebagai pelaksana paradigma tersebut pada tataraan praktis, harus mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah. Dalam tangan merekalah Negara berharap besar terhadap kualitas generasi penerus bangsa ini di masa mendatang.

  1. Pendidikan Indonesia dan Tuntunan Islam

Melalui Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab III Pasal 7 dan Permen RI Nomor 19 Tahun 2005, Bab IV Pasal 28, menyiratkan bahwa Pemerintah Indonesia berkeinginan kuat untuk menyerahkan tugas pendidikan kepada tenaga professional. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibn Mubarak yang artinya : jika suatu perkara diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. Menurut Abuddin Nata, upaya Pemerintah melalui landasan konstitusional dapat dimaknai sebagai langkah antisipatif atas ‘warning’ yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW tersebut.

  1. Pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk belajar

Merujuk pada penjelasan H.M. Quraish Shihab, bahwa terdapat istilah ’insan’(bermakna jinak, harmoni, dan tumpah), ’basyar’(bermakna aktifitas lahiriah), dan ’bani Adam’(bermakna anak-anaknya Adam dan aktifitas sosial) dalam Al Qur’an untuk menyebutkan sinonim kata manusia, maka Abuddin Nata mengembangkan intrepetasinya terhadap pengertian manusia sebagai makhluk belajar baik secara afektif, kognitif maupun psikomotorik.

Menurutnya, manusia adalah ’hewan yang berakal/hayawan an natiq’, yang melalui kegiatan akalnya, manusia memahami realitas hidupnya, memahami dirinya, serta segala sesuatu yang ada di sekitarnya.Berbagai kegiatan manusia secara antropologis, merupakan perwujudan eksistensinya sebagai makhluk yang dapat belajar dan mengajar, baik melalui proses berpikir maupun berbuat. Maka manusia sebagai pemikir yang kreatif dan mskhluk yang berbudaya, memerlukan pertolongan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.

  1. Kiprah Abuddin Nata dalam Pendidikan Islam Indonesia.

Abuddin Nata adalah seorang organisatoris semenjak masih duduk di bangku kuliah Sarjana Mudanya. Ketertarikannya pada dunia pendidikan telah terasah kuat semasa menempuh sekolah PGA. Hingga pada 1978, beliau dipercaya untuk menjadi Ketua Lembaga Pendidikan dan Dakwah HMI, Cabang Ciputat sampai tahun 1979. Pada tahun 1984 hingga 1986, beliau menjadi Instruktur Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur’an. Ia juga mengajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sebagai dosen.

Sejak tahun 1987 ia memulai pengalaman sebagi pejabat struktural akademik di UIN Syarif Hidayatullah. Namun demikian, semangatnya untuk terus menetaskan gagasan-gagasannya mengenai dunia pendidikan semakin luar biasa. Sumbangan ide, keilmuan, dan keluasan pengalamannya ia wujudkan dalam berbagai bentuk tulisan.

Hampir seratus persen buku-buku yang ditulisnya membahas berbagai hal yang berkenaan dengan dunia pendidikan. Mulai hakikat, methode, strategi, psikologi, teknik, konsep, dan lain sebagainya. Sejumlah bukunya diterbitkan dalam bentuk modul oleh Departemen Agama RI. Dan sejumlah yang lain menjadi literasi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Kecintaannya pada pendidikan Islam di Indonesia, nampak tegas dalam kelahiran Ensiklopedi  Islam Indonesia yang disusunnya demi memenuhi kebutuhan terminologis dalam mempelajari ilmu-ilmu pendidikan Islam. Beliau adalah Penyumbang entry Ensiklopedi Islam jilid I-IV karya Van Hoe. Penyusun Ensiklopedi Islam untuk Departemen Agama RI, Ensiklopedi Al Qur’an dan Suplemen Ensiklopedi Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, H. Musa, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al qur’an. Yogyakarta. Lembaga Studi Filsafat Islam

Azra, Azyumardi. 1999. Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta Logos Wacana Ilmu

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Depdiknas

Ismail, SM dan Abdul Mukti. 2000. Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Semarang. Pustaka Pelajar.

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta. Kencana

Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta. Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin. 2005. Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta. UIN Jakarta Press.

Nata, Abuddin. 2006. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta. UIN Jakarta Press.

Petera Daulay, Haidar. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, Jakarta. Prenada Media

Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta. Paramadina

Thoib, Ismail. 2008. Wacana Baru Pendidikan Islam : Meretas Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta. Genta Press.

Tinggalkan komentar